Wednesday 21 October 2015

SEJARAH PERKEMBANGAN KEBAYA

 SEJARAH PERKEMBANGAN KEBAYA
 Penyebutan kata Kebaya  berasal dari bahasa Arab ‘Kaba’ yang berarti ‘pakaian’ seperti yang tertulis dalam buku Nusa Jawa : silang Budaya (1996), yang ditulis oleh Denys Lombard. Kata Kebaya  diperkenalkan lewat bahasa Portugis ketika mereka mendarat di Asia Tenggara yang diartikan sebagai jenis pakaian (atasan/blouse) pertama yang dipakai wani pada kurun Indonesiata waktu abad ke-15 atau ke-16 Masehi.

Penyebaran kebaya menurut beberapa sumber memang dari arah utara kepulauan Indonesia. Artinya, negara-negara yang terlewati oleh ekspansi ala Arab, Portugis, dan Cina bisa jadi memiliki versi kebayanya masing-masing. Dan akhirnya, Jawa menjadi destinasi penyebaran paling selatan, karena tidak ditemukan jejaknya lagi di kepulauan Pasifik barat atau semenanjung utara Australia.

Perkembangan corak kebaya  dan kesesuaian selanjutnya bertitik tolak dari pola dan corak. Modifikasi, inovasi, dan kreatifitas terjadi selama kurun abad ke-19 dan masa pergerakan di awal abad 20 dan pada saat itu  adalah saat gemilang bagi Kebaya. Kebaya berada di masa yang marak dikenakan masyarakat Indonesia, juga kaum pendatang Eropa dan Cina dengan ragam penyesuaiannya.

Kebaya, seiring berjalannya waktu, melalui derasnya arus mode hingga abad ke-15 masehi. Kebaya adalah pakaian tradisional yang dikenakan wanita Indonesia yang teerbuat dari bahan tipis yang dapat dipadupadankan dengan kain, batik, songket atau yang bercorak warna-warni. Busana yang mirip dengan yang disebut “nyonya kebaya” ini diciptakan pertama kali oleh orang-orang Peranakan yaitu dari Malaka. Mereka sering menggunakannya dengan sarung dan kaus cantik dengan berhiaskan manik-manik yang disebut dengan “kasut manek”.

Kebaya merupaka busana yang pertama kali dikenakan wanita Indonesia, khususnya wanita yang berasal dari Jawa yang menggunakannya dengan kain.

Mulai dari sanalah kebaya berkembang pesat, yang berkembang ke Malaka, Sumatra, Sulawesi, dan Bali .Di daerah Jawa, kebaya hanya di pakai oleh kalangan kerajaan saja.
Sekarang, nyonya kebaya ini sedang mengalami pembaharuan besar, dan juga sangat terkenal pada wanita non Asia. Berbeda dengan kebaya tradisional di Indonesia, kini para perancang mode sedang sibuk memikirkan cara untuk memodifikasi desain dan membuat kebaya menjadi busana yang lebih modern lagi. Pembaharuan kebaya seperti memasangkan kebaya dengan jeans atau rok menjadi ide yang cukup manarik yang menandakan bahwa kebaya tidak hanya dapat dipakai untuk acara resmi saja tetapi dapat dipakai dalam acra yang lebih santai.

Pada akhir abad ke-19,  wanita-wanita dari Negara Belanda juga suka memakai kebaya  untuk acara resmi yang cocok dengan iklim tropis di Indonesia. Pada masa ini, kebaya sudah mulai mengalami pembaharuan yang dulunya hanya menggunakan tenunan mori saja, sekarang telah menggunakan tenunan sutera dengan sulaman warna-warni.

Selain di kalangan wanita Belanda, kebaya juga sangat popular di kalangan wanita Cina, karena inilah muncul kebaya encim. Semakin berkembangnya zaman, kebayapun secara tidak langsung menjadi simbol feminisme, yaitu busana khas wanita yang kini telah menjadi busana nasional dan model kebaya modern.

No comments:

Post a Comment